THE JOURNEY #2

Memasuki tahun 2017, kami memulai evlogia cafe & store. Tapi di tahun itu juga gua mulai merasakan adanya perasaan burn-out dalam pelayanan. Sebenernya gua menyadari itu karena kesalahan gua sendiri. Gua mulai terlena dan mulai sombong dalam pelayanan. Sehingga sempet merasa kalau pelayanan yang gua pegang itu "harus" gua yang pegang karena cuma gua yang sanggup. Parah banget deh. Di titik itulah gua sadar, udah mulai ga sehat nih pelayanan gua. Udah mulai salah arah. Makanya di tahun itu, diakhir masa kepengurusan, gua memilih untuk vakum dulu. Menata ulang waktu dan hati.

Tapi ternyata, setelah selesai masa kepengurusan itu, baru aja jeda sesaat, muncul tawaran untuk menjadi calon majelis di gereja. Seakan ego dan kesombongan gua terus diberi makan. Bayangkan, gua tuh sampe sempet merasa, "karir" gua dalam pelayanan di gereja hebat juga. Baru join langsung diajak jadi pengurus, dari pengurus beberapa periode lanjut jadi ketua komisi beberapa tahun, sampe begitu vakum sejenak, ditawarin lagi untuk jadi calon majelis. Yang ada saat itu, gua jadi semakin sombong seakan bener-bener semua karena kehebatan gua. Parah banget sih mindset gua saat itu.

Untungnya saat itu gua mendoakan dulu dan konsultasi sama Karin. Saat dari pertama gua sampaikan adanya tawaran ini ke Karin, sebagai istri yang baik, tentunya dia langsung.....ga setuju.. hahaha... Iya, Karin justru menentang untuk maju sebagai calon majelis. Dia bilang menurut dia jangan, apa lagi saat itu gua bahkan ga pernah baca Alkitab sama sekali sebelumnya. Dan itu benar.. hahaha.. Jadi, akhirnya guapun menolak tawaran itu.

Akhirnya di awal tahun 2018, tepat di tanggal 1 Januari 2018, gua memutuskan untuk mulai membaca Alkitab. Waktu itu gua mengambil program 365 hari membaca Alkitab dari Bible Project (di aplikasi YouVersion). Ini merupakan salah satu keputusan terbaik yang gua ambil. Gua percaya ini bener-bener tuntunan Tuhan.

Jadi setiap harinya gua mulai membaca Alkitab sesuai dengan program yang sudah tersedia. Ada hari-hari bacaannya seru dan cukup mudah dimengerti dan diikuti, tapi ada beberapa kali juga bacaannya tuh cukup berat yang gua bacanya asal lewat (ups...), tapi gua komit bener-bener setiap harinya HARUS baca sesuai programnya.

Nah, di pertengahan tahun 2018, ada satu milestone dalam perjalanan gua bersama Tuhan. Waktu itu, kami baru aja ikut persekutuan pasutri di gereja dan pulangnya kami langsung ada jadwal cek ke dokter lagi untuk program. Saat cek itu, dokter bilang kalau HARI INI adalah waktu terbaik nih kalau mau jalanin program bayi tabung. Waktunya tepat, tapi harus hari ini juga. Herannya adalah, di persekutuan pasutri yang baru aja kami datangi, saat itu ko Jeffrey Siauw, yang menjadi pembicara saat itu, bilang di penutupan nya, "kalau emang Tuhan mau kasih keturunan (anak), ga bakal dibikin sulit juga pasti Dia kasih.". Kalimat dari ko J saat itu terngiang terus di kepala gua saat dokter menyampaikan soal perfect timing untuk lanjut program bayi tabung.

Saat itu kami bingung banget. Kami minta waktu keluar sebentar untuk menggumulkan. Karin waktu itu bilang, kalau dia akan ikut aja apapun keputusan gua. Secara sadar, kata-kata dari Ko J terus ada di kepala, tapi ego dalam hati gua ngotot mau... Pokoknya, gua mau punya anak. Dorongan itu kuat banget. Akhirnya, gua memutuskan untuk kami lanjut mengambil program untuk bayi tabung.